Rabu, 19 November 2014


Perilaku Senioritas

Apa itu Senioritas?
Arti harafiah dari senioritas menurut kamusbesar.com ialah suatu keadaan yang lebih tinggi dalam hal pangkat, pengalaman dan usia; prioritas status atau tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja.

Kata kunci yang perlu dipegang ialah keadaan yang lebih tinggi dan prioritas status. Itu merupakan situasi di mana seseorang merasa “lebih”. Situasi dan kondisi seperti ini membawa dampak positif dan negatif jika terdapat di dalam diri seseorang.

Dampak Positif
Sebagian orang menganggap senioritas itu tidak ada dampak
positifnya. Pendapat itu tidak disalahkan. Tapi senior yang
melakukan senioritas itu pasti ada tujuan mengapa ia melakukan
senioritas. Dampak positif dari senioritas, yaitu
a. Mendidik juniornya agar tidak melanggar peraturan di tempat
barunya.
b. menghormati orang yang lebih tua

Dampak Negatif
Senioritas tentu saja membawa banyak dampak negatif.
Terkadang orang mendengar kata “senioritas” sudah langsung
berpikir banyak dampak negatifnya. Di bawah ini adalah
beberapa dampak negatif dari senioritas, yaitu
a. Senior sering memberi perlakuan semena-mena yang mungkin
saja melanggar HAM. Tapi mereka tidak peduli.
b. Melanggar HAM dan bersifat menganiaya yang lebih lemah.
c. Membuat rasa takut junior
d. Mungkin terjadi hal yang tidak diinginkan
e. Memberi kesan yang buruk pada instiyusi yang senioritasnya tinggi

Sisi positif, dengan merasa sebagai yang “lebih”, maka seseorang memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang baru saja masuk. Dengan memiliki kondisi yang “lebih”, maka kondisi yang lebih itu bisa dibagikan kepada yang kurang. Misalnya, ada salah seorang anggota yang baru, maka orang yang LAMA dapat menemani dan memberikan gambaran situasi dan kondisi yang harus dihadapi.

Sisi negatif, dengan situasi dan kondisi “lebih”, maka kemungkinan besar situasi itu dapat menyeret seseorang ke dalam situasi menekan ke arah bawah. Di manakah arah bawah tersebut? Arah bawah tersebut dapat diartikan dengan anggota yang baru. Misalnya, ada salah seorang karyawan baru, maka karyawan baru tersebut diberikan tekanan dengan maksud menunjukkan eksistensi diri memiliki pengalaman yang lebih dan usia yang lebih.

Situasi dan kondisi seperti ini dapat terjadi di mana pun kita berada. Entah itu di perusahaan, organisasi dan bahkan di lembaga pendidikan. Namun bagaimana gambaran lebih konkret mengenai senioritas.

Praktek Senioritas
Di dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali berhadapan dan dipaksa berhadapan dengan senioritas. Mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekitar tempat tinggal, lingkungan sekolah dan lingkungan kerja. Bentuk dari senioritas itu bermacam-macam. Ada yang berbentuk eksplisit dan implisit. Berikut adalah bentuk-bentuk senioritas dari kelima lingkungan yang telah disebutkan:

A. Lingkungan Keluarga
Hanya karena merasa terlahir lebih dulu, kadang orang tua merasa bahwa dirinya harus mengarahkan anaknya menjadi seorang dokter. Hal itu dilakukan oleh orang tua karena menurut ukuran yang diperoleh dari pengalaman menyatakan bahwa profesi sebagai dokter lebih menjanjikan dibandingkan dengan profesi lain.

Yang berikutnya ialah saat seorang adik ingin membuat sesuatu. Padahal si adik ingin membuat taplak meja. Tetapi oleh karena merasa bahwa si kakak sudah berpengalaman dalam membuat taplak meja, maka si adik harus membuatkan taplak meja seperti yang diinginkan oleh kakaknya.

B. Lingkungan Tempat Tinggal
Ada seorang warga baru yang kebetulan masih berusia muda. Tetangga dari warga baru itu sudah 20 tahun menetap di lingkungan tersebut. Oleh karena merasa lebih LAMA, maka terkadang apa yang dilakukan oleh si warga lama tersebut dapat dibenarkan. Sedangkan apa yang dilakukan bagi warga yang baru adalah salah.

Paham senioritas ini pun juga bisa menular kepada anak kecil. Contohnya, perhatikan saat ada seorang anak baru bermain bersama. Kebetulan ada anak yang baru saja pindah dan bermain di dalamnya. Lalu, terjadi perdebatan. Secara tiba-tiba ada salah satu anak berkata, “ngapain ikut-ikutan. Lo kan anak baru di sini. Mendingan diam saja.”

C. Lingkungan Sekolah
Sepertinya berbicara mengenai senioritas yang terjadi di lingkungan sekolah sudah tidak menjadi hal yang sulit ditemukan. Karena selama perjalanan hidup, kita sering menemui kasus seperti ini di dalam sekolah. Senioritas bisa saja berkaitan dengan pergaulan dan kebijakan. Misalkan, ada salah seorang anak kelas satu yang baru saja masuk. Baru juga masuk, anak itu sudah dipanggil dan diperkenalkan pada lingkungan sekolah dengan menggunakan kekerasan fisik. Tidak jarang senioritas seperti ini melahirkan dendam dan perkelahian antar kelas.

D. Lingkungan Kerja
Di tempat kerja juga sering kali ditemui paham senioritas. Ketika ada seorang pegawai baru, maka pegawai tersebut mendapatkan tekanan yang tinggi. Atas dasar kata-kata, “masih baru”, maka orang yang memiliki usia “lebih”, menjadi berhak untuk tidak herbuat apa-apa. Sedangkan bagi orang yang baru saja masuk itu harus mengerjakan seluruh pekerjaan yang diberikan oleh kalangan yang “lebih” itu.

Dampak dari Senioritas
MEDIA sepertinya sudah memberikan gambaran bagaimana senioritas bisa berdampak. Entah itu bagi individu atau bagi kelompok. Mulai dari tumbuh lestarinya budaya kekerasan hingga berkurangnya budget perusahaan untuk mengadakan perekrutan tenaga kerja kembali. Berikut adalah dampak-dampak dari tumbuh suburnya paham senioritas:

A. Keluarga
Dampak yang paling nyata dan kentara jika senioritas menjadi paham dalam kehidupan keluarga ialah hilangnya kehangatan dalam situasi berbagi pengalaman. Kita kehilangan momentum mendengarkan cerita-cerita menarik yang tersimpan di dalam diri adik atau anak. Sehingga ini membuatnya merasa tidak betah. Karena merasa tidak betah, maka mungkin akan sering keluar rumah dan MAIN bersama teman. Ini pun juga akan memberikan dampak berikutnya, mulai dari salah bergaul hingga pada terjebak pada narkoba.

B. Masyarakat
Bahaya senioritas di sini akan membawa dampak pemikiran yang tidak mau tahu terhadap lingkungan dan berkurangnya kreatifitas warga. Sehingga, warga baru yang pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengembangkan lingkungan menjadi diam atau hanya menjadi pengekor saja.

C. Sekolah
Tawuran ialah dampak signifikan dari budaya senioritas. Apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh SENIOR, harus dilaksanakan. Begitu juga dengan serangkaian rasa takut yang ada di dalam diri siswa baru. Padahal itu sudah melanggar HAM. Pendidikan itu sendiri tidak menimbulkan rasa takut.

D. Lingkungan Kerja
Adanya budaya senioritas akan membawa dampak yang berbahaya bagi perusahaan. Ketika salah seorang individu mendapat tekanan dari seniornya, maka individu tersebut menjadi takut. Padahal individu tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan sumbangan ide serta kemajuan bagi bersama. Namun, sayangnya oleh karena tingginya tekanan di dalam perusahaan, maka perusahaan harus kehilangan seorang yang memiliki potensial dalam memajukan perusahaan.

Memutus Mata Rantai Senoritas
Kemajuan yang dibuat oleh seseorang terlepas ia muda, baru dan mungkin saja baru dipindahkan merupakan kemajuan bersama. Kita harus berpikir secara positif dalam menyikapi segala sesuatu hal yang dipikirkan dan dilakukan oleh orang lain. Kita pun tidak perlu takut untuk melakukan sesuatu yang baru itu demi kemajuan bersama. Berikut adalah beberapa saran atau tips untuk memutus mata rantai dari senioritas:

A. Berpikir positif
Pemikiran negatif ialah biang keladi dari segala kekacauan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Karena pemikiran negatif dapat melahirkan sekian banyak dampak dari dalam diri manusia. Mulai dari ketakutan hingga pada kemalasan. Sehingga, sangat dibutuhkan suatu budaya memikirkan hal-hal yang positif. Untuk membangun budaya berpikir positif, maka dibutuhkan sarana. Sarana tersebut bisa saja dengan menyediakan ruang baca bagi semua orang. Atau bisa juga memberikan kesempatan untuk SHARING. Yang jelas, jangan sampai pemikiran negatif menjadi raja atas diri orang.

B. Do it
Budayakan lebih baik banyak bekerja daripada banyak bicara dan bertindak. Ini merupakan suatu budaya yang dapat melahirkan suatu budaya yang positif. Karena pikiran dari masing-masing orang cenderung tercurah untuk melaksanakan dibandingkan dengan perdebatan.

C. Suasana Kekeluargaan
Tidak hanya keluarga yang harus membangun budaya kehangatan. Seluruh organisasi juga wajib melakukan hal tersebut. Karena di mana manusia berada di sanalah pemikiran dan ide tercurah. Oleh sebab itu, untuk mendukung lahirnya situasi yang seperti itu, maka situasi kekeluargaan perlu dibangun. Situasi kekeluargaan itu di mana terjadi masalah, masalah itu bisa diselesaikan dengan diskusi. Tidak perlu dengan kekerasan melainkan dengan berdialog.

Demikianlah budaya senioritas dapat dihilangkan. Sehingga kita pun bisa membangkitkan jiwa yang kreatif dan bertanggung jawab bagi bangsa Indonesia. Bukan justru melahirkan budaya takut untuk melahirkab ide-ide yang dapat memajukan kehidupan masyarakat Indonesia. Semoga setiap orang yang membaca tulisan saya ini dapat berpikir bahwa senioritas bukanlah solusi melainkan penyakit yang diberikan bukan untuk memajukan melainkan mempertahankan yang ada.


Sumber :
http://mbi9.wordpress.com/2013/08/03/senioritas-sebagai-masalah/
https://www.facebook.com/permalink.php?id=178828148837577&story_fbid=525226270864428